Life, stranger than fictions..

Welcome to my blog! It's a pleasure to have you here reading my hyperbolic scribbles. Some are archived stuff from my other blogs (inactive ones), some are brand new ideas. My words will be too much, overrated, out of line, dysfunctional, confusing, impractical and sometime don't make any sense. But in a hand, they have released my tense.
So enjoy these imaginarium of free mind. In a case you are interested to drop a line, or jes wanna appreciate any posts, don't be hesitate. Do your deed! Release those hustle-bustle inside your brain!

Wednesday, December 05, 2012

Kisah anak itik buruk rupa



Suatu hari seekor makhluk yang menganggap dirinya anak itik berjalan melewati pematang yang biasa ia lalui jika ingin ke tepian sawah tempatnya mencari cacing dan keong kecil kesukaannya. Dalam perjalanannya anak itik itu berpikir, mengenang masa-masa yang sudah dilewatinya. Masa-masa ia masih bersama induk dan kakak-kakaknya menghabiskan waktu mencari makan, bermain, bergurau, berselisih paham. Sebuah rantai kejadian yang seakan tak pernah habis, dimana kesalahan dan kegembiraan yang serupa berulang kali terjadi, yang jejaknya terukir di jiwa masing-masing anggota keluarga itik itu.

Si anak itik akhirnya paham bahwa pada saatnya kebersamaan itu akan berakhir, seperti juga semua pertemuan yang kelak akan tiba pada satu titik perpisahan. Maka ia memaafkan, berusaha melupakan pengalaman buruk, dan berpikir semuanya terjadi karena agenda yang lebih besar di kemudian hari. Ia bersyukur saja terlahir dengan warna bulu dan paruh yang cenderung suram, dan sayap yang terlalu lebar untuk ukuran spesies mereka, yang sempat menjadi bahan olok-olok kakak-kakaknya, bahkan induknya sendiri. Sebuah interaksi yang dalam pandangan orang tua menjadi suatu kewajaran; menggoda dengan stempel keunikan yang ada pada anak-anak mereka. Hal unik yang memerlukan kedewasaan untuk dipahami sebagai kekuatan. Hal unik yang membutuhkan ketegaran si pemiliknya untuk menerima apa adanya, karena sering kali lingkungan dengan mudahnya menghakimi keunikan dan perbedaan sebagai sebuah ketidakpantasan.


********************************************


Setelah sekian lama, anak itik tumbuh dewasa. Bulu dan paruh yang kusam serta sayap yang lebar itu mulai menjelaskan wujudnya. Si itik buruk rupa ternyata bukan jenis itik manila, bebek, bahkan bukan angsa. Ia adalah seekor burung garuda. Induk aslinya tak sengaja kehilangan sebutir telurnya yang menggelinding ke bawah bukit, dan bergabung dengan sekumpulan telur hijau muda di sebuah semak. Induk itik sempat terkejut melihat telur lurik itu, namun ia mengeraminya juga. Dua telur aslinya sampai gagal menetas, kehangatan energi kasih si induk itik terserap si telur asing. 

Sang garuda muda mengepak-ngepakkan sayap kekarnya, sesekali ia seperti melompat. Dalam beberapa kali usahanya, sang garuda pun mengangkasa. Ia tak lagi menjejakkan cakarnya di tanah. Di sebatang dahan pohon yang tinggi, sang garuda memandang jauh ke bawah. Ia memandangi sekelompok itik montok yang selama ini bersama-samanya. 







Entah mengapa seketika air liurnya menetes dari paruhnya, dan ia merasa sangat kelaparan...








Saturday, September 01, 2012

The Thieves: Adu Pintar Antar Pencuri


Pekan ini sebuah film produksi Korea Selatan bertema pencurian barang berharga dan tipu-daya di antara para pencurinya tayang di jaringan bioskop Blitz.


 Sekelompok orang yang berprofesi sebagai pencuri barang-barang berharga di Korea Selatan pimpinan Popeye (Lee Jung-jae) ‘diundang’ untuk ikut dalam sebuah rencana besar mencuri sebentuk berlian bernilai 20 juta dollar yang disimpan di sebuah brangkas di Kasino yang ada di Hongkong. Berlian yang dinamai “Air Mata Mentari” (Tear of the Sun) ini sudah lama diincar seorang pencuri buronan polisi, Macao Park (Kim Yoon-seok), yang pernah bekerja sama dengan Popeye dan Pepsi (Kim Hye-soo) di masa lampau. Saat itu, Macao Park terlibat kisah romantis dengan Pepsi, namun ia menghilang dengan hasil curian berupa emas seberat 68 kg. Dalam rencana aksinya, Macao Park juga mengundang kelompok pencuri dari daratan Cina pimpinan Chen (Simon Yam). Chen yang merupakan pencuri kawakan, menyimpan kisah lama dengan berlian bermata jingga itu. Ia pernah sekali waktu berhasil mencuri berlian itu dan berusaha menjualnya kepada penadah barang-barang curian, Wei Hong (Ki Gook-seo), yang tak lain pemilik tangan pertama dari Air Mata Mentari. Namun, pertemuan jual-beli itu tidak sesuai kesepakatan; Wei Hong dengan sadis menghabisi rekan Chen, dan hanya memberinya 500 dollar dan kesempatan untuk melanjutkan hidup.


 Konflik di film berdurasi 2 jam lebih ini terbilang tak habis-habis; setiap karakter memiliki jejaring masalah yang kaitannya kadang luar biasa 'aya-aya wae'. Tapi jangan salah, meskipun temanya terbilang gampang terjebak kisah klise yang sering membuat para pembuat film Hollywood mati akal, The Thieves justru fresh dan sangat menghibur. Tak hanya aksi para pencuri yang membuat penonton tak sempat punya waktu memikirkan hasrat buang air kecil, namun humor, kejadian-kejadian tragis, serta bumbu percintaan yang romantis sukses ditampilkan tanpa menimbulkan kesan dipaksakan. Lancar dan natural sekali. Bahkan, teman-teman yang saya ajak turut menonton--yang notabene perempuan-perempuan yang tak begitu suka film action--merasa sangat puas. Tentunya penampilan bintang-bintang muda Korea Selatan yang tak hanya ciamik aktingnya, namun juga 'segar dipandang mata' memberi kontribusi atas kekhusyukan teman-teman perempuan tadi menyimak film panjang ini. Dan, saya sangat merekomendasikan film ini untuk Anda tonton juga, baik dengan teman perempuan, lelaki, maupun banci. Asalkan, tidak bersama anak-anak kecil.



Thursday, May 24, 2012

Belitung, Surga Kecil Di Selatan Kepulauan Sumatra


Pantai dengan pasir putih, cakrawala biru nan cerah, pemandangan bawah laut yang memesona, serta budaya masyarakat lokal yang unik dan penuh keramah-tamahan merupakan alasan mengapa Pulau Belitung menjadi tempat favorit banyak orang, termasuk saya. Bahkan tanpa agenda yang padat dan jelas, pulau ini bisa dengan sendirinya menawan hati petualang alam yang mencari sebuah destinasi yang masih belum dijamah kemajuan zaman. Di sini Anda bisa berjalan menelusuri garis pantai, memandang batas horison yang tak bertepi, atau sekadar menghabiskan waktu dengan mengobrol ngalor-ngidul dengan penduduk setempat.

Pulau Belitung bak surga kecil di selatan Kepulauan Sumatra. Meski terpencil, banyak orang dari dalam dan luar negeri datang mengunjunginya. Bagaimana tidak? Selain keindahan pantai-pantai yang mengelilingi pulau yang tergolong masih jauh dari sentuhan modernisasi ini, para pelancong juga betah tinggal berlama-lama karena panorama alam bawah laut yang memanjakan mata dan batin. Diving dan snorkeling sama mengasyikkannya. Ikan dan terumbu karang berwarna-warni seolah memainkan pertunjukan penuh keriangan, lakon alam semesta yang masih penuh harapan atas kehidupan yang ringan dan tanpa beban.

Pulau-pulau yang terserak di sekeliling pulau utama juga layak didatangi. Selain berpantai indah dengan air kebiruan yang jernih, setiap pulau menawarkan petualangan tersendiri. Salah satunya, mercusuar tua di Pulau Lengkuas yang dapat Anda daki hingga ke puncaknya. Ini jadi ajang uji stamina. Anak tangga yang konon jumlahnya ratusan itu mungkin berat dijalani, namun di ujung sana Anda akan mendapatkan bayaran yang setimpal; pemandangan ke pelosok pulau yang luar biasa indahnya. Gugusan kepulauan nan hijau dengan garis pantai berwarna putih, lalu lamat-lamat melebur di garis laut kebiruan. Sungguh lukisan alam yang tiada duanya!

Pulau Belitung juga memiliki kekayaan lainnya; situs-situs historis dan pengalaman kulinari yang istimewa. Makan Mie Belitung dengan daging kepiting segar dan minum kopi di warung tradisional merupakan pengalaman yang tak dapat ditemukan di tempat lain. Dan kenikmatan makan siang di Pulau Lengkuas, dengan menu aneka seafood segar yang dibakar dengan batok kelapa. Sumpah, ini adalah masakan seafood yang paling lezat yang akan Anda rasakan.

Segeralah menyusun rencana berlibur Anda ke Belitung. Sebelum keperawanannya direnggut pembangunan yang terkadang tak menghiraukan aspek orisinalitas sebuah kawasan.

Wednesday, May 16, 2012

Mistikal Festival Budaya Dieng 2012


Kekayaan budaya masyarakat Dieng yang unik dan magis dapat kita saksikan langsung dalam Festival budaya Dieng tahun ini.


Seorang anak kecil mengalami demam tinggi saat salah satu helai rambutnya seketika menggulung. Proses ini berulang terus secara magis setiap kali ruas rambut sang anak menggulung, sampai akhirnya seluruh rambutnya menjadi gimbal...

"Rambut gembel" adalah sebutan bagi bocah-bocah berambut gimbal di daerah dataran tinggi Dieng yang dianggap titisan atau titipan para penguasa Segara Kidul. Peristiwa mistis terbentuknya rambut gembel ini dipercaya dapat disembuhkan dengan cara yang tak kalah magis pula; ruwatan.



Ruwatan hanya terjadi sekali setahun, di saat sang anak meminta diadakan upacaranya dengan beraneka syarat. Ada yang hanya meminta tahu gembus, namun ada pula yang sampai ingin dipotongkan 100 ekor ayam. Semua permintaan harus dituruti.

Menikmati Festival Budaya Dieng tak hanya sebatas keunikan upacara ruwatan si rambut gembel. Kekayaan alam dan budaya Dataran Tinggi Dieng yang terjaga dengan baik pantang dilewatkan. Di gerbang masuk kawasan, sebuah kompleks candi peninggalan abad kedelapan dengan nama tokoh-tokoh pewayangan akan menyambut Anda. Jumlahnya delapan, masih sangat baik kondisinya. Pementasan tari akan memeriahkan suasana. Kentalnya budaya lokal juga dapat Anda nikmati di malam hari, saat suhu semakin rendah, dan tradisi api-api pun dimulai.

Menjelang pagi, telusuri jalan setapak nan berliku menuju bukit Sikunir yang diselimuti pemandangan hijau. Sambutlah kemegahan momen kehadiran matahari yang luar biasa indah dari puncak bukit. Perpaduan warna alam yang hanya dapat Anda saksikan di sini.

Keindahan alam Dieng berlanjut pada pesona kawah-kawah dan telaga-telaganya. Untuk kesempurnaan perjalanan mistikal ini, cicipi pula kuliner asli yang dijamin akan menggoyang lidah Anda. Salah satunya, Mie Ongklok. Semangkuk mie rebus yang diberi bumbu khas dan kuah kacang, disantap bersama beberapa tusuk sate ayam, dan memori tentang kawasan berhawa sejuk ini akan melekat selamanya di ingatan Anda...


Temukan keunikan budaya yang terpadu sempurna dengan keindahan alam dalam paket perjalanan “Mistikal Festival Budaya Dieng 2012”. Trip akan dilaksanakan pada 29 Juni-1 Juli 2012. 

Wednesday, May 02, 2012

Trip Kulinari Chinese Food Di Halte TJ Kota - Harmoni






































Koridor 1 adalah satu trayek transjakarta yang paling awal beroperasi, melayani rute terminal Blok M hingga stasiun kereta Beos - Kota. Jalur ini membelah sebagian wilayah bisnis Jakarta Selatan, Pusat, dan Utara. Jalurnya tergolong ramai, melintasi sejumlah landmark Kota Jakarta, seperti Gelanggang Olahraga Bung Karno, Hotel Indonesia Kempinski, Monumen Nasional, serta Museum Fatahillah. Gedung-gedung perbelanjaan juga berjajar di sepanjang trayek ini, mulai dari yang lama seperti Ratu Plaza, Sarinah, dan Glodok, serta yang tergolong baru seperti FX, Grand Indonesia, EX, dan ITC Harmoni.

Namun yang paling menarik untuk ditelusuri lebih dalam dari separuh jalan di Koridor ini (terutama antara Halte Kota - Halte Transit Harmoni) adalah  deretan restoran dan warung makan Chinese food. Aneka olahan mi, dengan side dishbakso, irisan daging sapi, ayam atau babi, jamur, telur puyuh, pangsit, dan lain-lain dijajakan oleh koki-koki di kelas restoran hingga warung tenda dengan kekhasannya masing-masing.

Lokasi yang paling mudah untuk menemukan penjaja masakan ini ada di daerah Pancoran Glodok. Turunlah dari transjakarta di Halte Glodok, menyeberang ke pertokoan Glodok Baru di ujung Jalan Pintu Besar, Glodok. Sekitar 200 meter di belakang pertokoan ini terdapat sebuah gedung perbelanjaan bergaya lama bernama Gloria. Ciri khasnya, di muka pertokoan terdapat pedagang aneka jajanan khas Cina, seperti permen-permen masam, asinan buah, serta kacang-kacangan kering. Pertokoan ini sendiri terkenal dengan toko-toko penyedia obat herbal ramuan ala Cina. Konon di setiap toko obat itu juga ada praktik sinshe. Pedagang aneka masakan mi dapat ditemui di gang tak jauh dari pertokoan Gloria. Rupa-rupa mi dengan bentuk dan warna yang tak biasa dipajang di display masing-masing warung. Bagi penggemar masakan berbahan daging babi, di sini juga terdapat warung-warung yang menyediakan nasi campur.

Di Halte Olimo, halte setelah Halte Glodok, terdapat dua warung makan masakan Cina yang sudah turun-temurun melayani pelanggan setia mereka, Mi Akiaw dan Mi Akang. Keunikan dari keduanya adalah, Akiaw menyediakan aneka masakan mi yang direbus. Sementara itu, Akang menyediakan masakan mi yang digoreng. Ciri khas mereka serupa pada penyajian mi; selain dihidangkan dengan ‘lauk’ bakso, irisan daging dan jeroan rebus, atau pangsit sesuai pesanan pelanggan, mereka selalu menyediakan potongan daun bawang dan daun ketumbar serta bawang goreng dalam mangkuk-mangkuk berukuran sedang. Pelanggan bisa mengambil sesuai selera. Jenis-jenis mi yang mereka sediakan cukup lengkap. Ada kuetiaw, bihun, mi telur, dan mi beras. Yang paling istimewa dari mi di Mi Akiaw adalah kuahnya yang lezat dan gurih.

Sebelum warung Mi Akiaw dan Mi Akang, terdapat sebuah warung bakso yang tak kalah menggiurkan. Aroma kuah kaldunya sudah dapat tercium dari jarak 10 meter. Bola-bola bakso berukuran kecil dan besar beserta mi kuning basah, bihun, dan tauge terpampang di display kaca yang diletakkan di depan warung.

Kalau sudah puas mencicipi mi di warung Mi Akiaw atau Mi Akang, jangan lupa berjalan ke daerah antara Olimo dan Mangga Besar. Tak jauh dari dua warung tersebut terdapat pedagang juhi yang rugi untuk dilewatkan. Sotong berukuran sedang hingga besar dipanggang sampai kering dan dikepruk rata. Juhi disajikan dalam keadaan siap disuwir dan paling lezat dinikmati hangat-hangat bersama sambalnya.

Deretan warung tenda penjaja bakmi bangka dapat ditemui di sepanjang trotoar jalan di seberang Halte Mangga Besar. Warung-warung tenda ini buka mulai petang dan lumayan ramai pengunjungnya. Bakmi bangka Mangga Besar ini terdiri dari mi rebus yang dihidangkan dengan tumis daging ayam, tauge, sawi, dan bakso. Kuah bakmi bangka dihidangkan terpisah, biasanya dicampur baksi dan potongan daun bawang segar. Di antara warung-warung tenda ini selalu ada pedagang teh liang Medan. Segelas teh liang akan menetralisir lidah Anda setelah menyantap semangkuk bakmi bangka.

Sebuah restoran yang menjadi landmark masakan olahan mi Chinese food yang juga terdapat di jalur Koridor 1, tepatnya di seberang Halte Sawah Besar, adalah Bakmi Gadjah Mada (Bakmi GM). Dari tempat inilah merek Bakmi GM bermula, dan kini restoran ini memiliki cabang di hampir seluruh pelosok pertokoan dan gedung-gedung lain di Jakarta. Konon bakmi yang disajikan di restoran ini dibuat fresh oleh kokinya sehingga memiliki cita rasa yang istimewa. Oleh karena itu bagi para pelanggan setia restoran ini, mereka lebih memilih memesan mi kosong tanpa side dish yang disantap dengan kuah kaldu panas.

Berlanjut ke Halte Harmoni, sederet dengan sebuah toko serba ada Rezeki, terdapat warung tenda yang selalu terlihat penuh dan sibuk. Itulah warung tenda Tahu Pong. Tak hanya menyediakan makanan olahan tahu khas Semarang yang masih dipengaruhi cita rasa Tiongkok, warung ini juga menyediakan lunpia Semarang dan ayam goreng Kalasan yang diklaim bercita-rasa asli.

Seluruh penjaja masakan Chinese food tadi mulai buka sejak sore. Kecuali Bakmi GM dan warung-warung mi di pertokoan Gloria yang sudah buka sejak pagi. (Ciptanti Putri)
 




Tuesday, April 24, 2012

hampir setahun..

Sebentar lagi April akan usai. Mei datang. Mei, setahun yang lalu saya dan teman-teman resmi dipecat dari perusahaan yang sudah hampir 11 tahun menampung kreativitas saya. Tidak ada kesal atau sesal, justru berkat tersendiri karena niatan untuk meninggalkan kantor itu sudah saya rencanakan setahun sebelumnya. Dan ketika kabar itu datang, saya seperti menjadi makhluk Tuhan yang paling beruntung karena bisa mewujudkan rencana resign dan dapat duit pesangon pulak! Dan alhamdulillah langsung mendapat tempat bounching di sebuah penerbit buku yang mengizinkan saya pergi umroh di awal-awal kerja.

Anyway. Setelah keluar dari perusahaan media cetak terbesar di Indonesia itu hidup saya bagai biduk di lautan yang ganas ombaknya (ih, model lirik lagu slow-rock teteh Nike Ardilla saja ini!); setelah 7 bulan tersiksa menjabat posisi manajer redaksi sebuah penerbitan buku (ah saya memang tidak bisa jadi bos!), selanjutnya hampir setiap bulan saya gonta-ganti proyek kerjaan yang sering kali tak jelas deskripsi dan honornya. Mulai dari ghost writer di lembaga konservasi alam, penerjemah lepas, panitia pameran buku, penggalang massa awak media, tukang survei calon narasumber, pemandu pewarta dokumentasi asing, kontributor situs kumpulan ibu-ibu sosialita, kontributor majalah organisasi tanggap bencana, hingga staf rupa-rupa di ikatan alumni kampus. Semua tidak direncanakan. Jangan kata terpikir, kadangkala ketika di tengah menjalaninya saya merasa sangat takjub bisa ada di situasi itu. Seperti antara sadar dan tak sadar, tapi tak berdaya untuk mengatur atau berbalik badan. 

Kalau diingat-ingat, sebenarnya apa yang saya hadapi saat ini merupakan pemberian Tuhan yang telah lama saya idamkan: eventually I become an independent writer. Wooow, pintu itu sudah terbuka luaaas buat sayaaaa *girang-girang nari sesuka hati, ala orang gila*

Nggak ngerti kenapa foto ini yang saya upload.
Perhaps I really had a wonderful trip when I was here.
Thanks to Nia, my far away buddy ;-)
Namun, ya gitu deh. Segala sesuatu yang baru dimulai pastilah tidak mudah alias susah dan banyak tantangannya. Apalagi saya sudah terbiasa hidup dengan gaji bulanan dan bonus-bonus kejutan ala kantor lama. Dan sepertinya hidup memang tak akan pernah jauh dari aneka masalah dan tantangan. Begitu juga dengan 'hidup baru' saya. Setelah eforia punya duit banyak dan pekerjaan baru yang relatif keren di penerbit itu lewat, kini saya sungguh-sungguh memulai dari nol. Uang yang tersisa sudah habis saya pakai membangun rumah idaman (ibu) saya. Bles! Tinggal simpanan dalam bentuk reksa dana, asuransi, dan mobil kunyit Chevy Spark yang saya beli gara-gara kelelahan harus ganti angkot 5 kali plus ojek sekali ketika kerja di Ciputat. Ya, mungkin terdengar silly untuk sebagian orang yang pernah dalam kondisi lebih ekstrem. Tapi kondisi ini buat saya berat. Saya tipikal orang yang selalu dalam posisi keuangan yang aman. Seburuk-buruknya keuangan, paling tidak saya punya dana likuid 20 juta di tabungan. Kali ini, saya cuma punya tak sampai separuhnya!

Syukurlah dalam satu tahun ini tak ada gangguan kesehatan yang berarti menghinggapi tubuh. Paling rada sakit mental sih karena deraan tugas-tugas baru yang tak jarang sangat melelahkan dan tinggi frekuensi perubahannya. Saya betul-betul mulai menjaga komunikasi dengan tubuh, mendengarkan semua tanda-tanda yang ia berikan; kalau sudah capek saya berhenti, kalau ada kesempatan makan saya akan masak dan makan, saya memaksa diri berhenti mengkonsumsi gorengan dan minuman bergula tinggi dan berkarbonat. Sayur-mayur juga saya kurangi. Pokoknya, jangan sampai sakit, apalagi tipes kambuh. Amit-amit! Sudah nggak ada back-up medical ini!

Dan masuk ke penggenapan tahun pertama dengan status freelance, saya dengan bangga lantang menyebut diri sebagai kontributor lepas di sejumlah media, selain aktif di sejumlah organisasi profesional. Puji syukur yang tak terhingga saya ucapkan kepada Dia yang Maha Mendengar dan Memberi. Kepada teman-teman yang sangat berjasa membuat saya tetap waras dan sedikit banyak membukakan jalan dan mata hati sehingga saya terus bersemangat melakoni peran baru ini -- ada bos Melvi, bos Iwan Seti, bos Atiek, bos Tutut, bos Verena, bos Fitri Didi, Mia, Dani, mbak Ina, my buddy Ening, kawanan genduk-genduk AWD (Nika, Wulan, Yoan, Cindy), bude Ayu & Liconk, teman-teman Sesat, teman-teman ED 93, teman-teman Komunitas Dongeng Minggu, teman-teman IKAPI Pusat. Thanks from the deepest of my hearts. Halah, ini seperti speech pas menerima penghargaan apa ajah...

Anyway lagi. Sampai detik ini saya betul-betul belum bisa menentukan akan ke arah mana profesionalisme saya. Saya masih mengalir dengan arus rasa ingin tahu dan keinginan mencicipi beraneka profesi yang ada di hadapan mata. Semuanya kini terlihat begitu menantang dan sulit ditolak. Uangnya mungkin tak seberapa, tapi pengalaman dan ilmu yang didapat sungguh mahal harganya.

Yah biarlah saya menjadi pengelana kebebasan dulu. Sebelum nanti si tuan aneh yang gila musik itu sadar bahwa sudah saatnya perempuan di seberang benua ini mulai gila sungguhan dan harus segera diselamatkan. Ah, kapan itu akan terjadi? Daripada lelah menunggu lebih baik saya jalani peran-peran ini demi kemaslahatan..

Wednesday, April 18, 2012

At Last, My Turquoise House!

Been A while I haven't had any post here. I was busy (oh so cliche) with prev project in Bali, that once I never thought I could involve in. It was done nicely, many people said it's a big success--consider the January's postponing and how the pengurus always behave regarding to it.


Anyhow. I jes wanna share the last improvement of my Spanish house project. It was finally came to its full shape by the mid of March 2012. With lots of imperfection--especially in finishing part--I shall say I am quite satisfied by the result. It's not so big, but pretty spacious, tall, and handsome (eh?). And turquoise, that's the best part of all.


Little by little I began to buy furniture to complete the house; I bought this dinning set (that can be used as ironing table as well) in Informa while they offered special price. Also these 5-rack compaq compartment, I bought 2. And a shoes buffet, that I turned into bedroom buffet. Well. It was an impulsive spending, I know. Just can't wait to see my house ready.


I have to be very carefull with my spend since the house has dried up all my PHK's money. But, nevermind. Now I have my own house. How cool is that?


Bien venue! S'il vous plait :)


Facial look of my house. The colour is not this blue. It's a bit green, it's turquoise.

Front window, right before the kitchen. A new thing for the neighborhood.

Knock-knock. Who's there?

View from inside to the door, ready to welcome all the guests.

These are actually set for terrace. I put them inside since I haven't had sofa set.

Entering the house living room. This antique set where I will put a telephone or facsimile.

A glimpse to the master bed room. Err, it is a small one though.
The kitchen! That's the dinning set I talked about, in the right far.
Now, what are we gonna have for dinner?

Tuesday, February 28, 2012

kupu-kupu kecil & criminal mind


kupu-kupu kecil itu hinggap di pucuk pohon anggrek peliharaanku yang sudah tak terurus. kepaknya lamat-lamat menjadi pelan, lalu sama sekali berhenti. terlihat jelas sirat motif retakan hitam di latar kuning pucat, yang muaranya di sebuah bulatan besar hitam pula. mirip jalur sungai di peta. aku tak tahu pasti masuk jenis apa serangga ini. baru sekali aku merasa sangat tertarik kepada seekor kupu-kupu. menurutku, lebah dan capung masih lebih asyik untuk diamati dibanding kupu-kupu. tapi hari ini tak ada seekor lebah atau capung pun yang mengisi cakrawala pandanganku.

kini tatapanku terpaku pada sosok cantik yang selintas terlihat lemah itu. kupu-kupu kecil yang mungkin sudah ratusan bahkan ribuan kali mendatangi kebun kecil di depan rumahku ini. sambil memerhatikan tindak-tanduknya, aku berharap binatang itu menolehkan kepalanya dan mengatakan sesuatu padaku. apa saja; bisa kabar baik, bisa kabar buruk, atau sekadar kalimat yang tak bermakna, aku tak peduli. aku lantas berandai-andai, jika kupu-kupu kecil itu sungguh menoleh dan membuka mulutnya.. lalu ia bilang, "sudah jelas kamu akan masuk neraka!"


***********************************************


ah, gila! mengapa keyakinan yang sudah aku kumpulkan beberapa hari belakangan ini berubah menjadi kutukan dan penyesalan? setelah penolakan dan derita tekanan mental, apa aku masih salah untuk melakukan perlawanan? aku ini manusia, punya perasaan, punya keterbatasan, punya hasrat untuk membebaskan diri. apakah semua yang dikatakan baik itu pasti tak berunsur kejahatan? dan sebaliknya, apakah kejahatan itu hakikinya harus dieliminasi? ada apa dengan azas keseimbangan di alam raya? semua sistem yang bekerja sesuai kitahnya sehingga kehidupan menjadi abadi, termaktublah elemen baik-jahat, kuat-lemah, pandai-bodoh, cinta-benci. semuanya padu dan saling mengisi, toh?

jadi harusnya aku tidak masuk neraka karena sudah menghabisi nyawa ayahku. ia membelengguku dari cita-cita ingin menjadi pramugari, hanya karena omongan tanpa bukti orang-orang di sekitarnya yang memercayai pekerjaan ini hina. "mereka gundik penumpang, umpan bagi lelaki kaya yang jahil, dan pemuas birahi para pilot," begitu katanya. jelas saja aku tidak terima. aku sudah lolos tes kesehatan, tes terakhir sebelum mereka memberi pelatihan tentang keselamatan di udara. bahkan tubuhku sudah diukur untuk dibuatkan seragam.

aku sudah di seperempat jalan menuju impianku, tak bisa berhenti lagi. tiga jam lalu aku mencolokkan pengering rambutku ke saklar listrik, kabelnya sudah kulukai. pengering rambut itu kugeletakkan di lantai pancuran, keset handuk akan menjadi kamuflasenya. begitu ayah mandi, maka ia akan tersetrum listrik. semuanya akan seperti kecelakaan saja. dan rencanaku berjalan mulus.


***********************************************


kupu-kupu kecil itu tiba-tiba terbang meninggalkan kebunku. mungkin ia terbang menuju tempat yang sudah ia impi-impikan. seperti juga diriku, aku ingin menuju ke tempat yang ku impi-impikan. aku berdiri dari tangga di depan rumah, menepuk-nepuk debu di rok merah yang padu dengan blus motif batik kemerahan. seragam baruku. pandanganku menerawang ke seluruh penjuru kebun. semuanya diam. semuanya memahami tindakanku, aku yakin. segala sesuatu terjadi karena sudah suratan. aku digariskan menghabisi ayahku, kurasa tak ada yang salah dengan itu.

tak lama terdengar klakson mobil. aku bergegas menarik koper berodaku menuju pintu pagar depan. mobil jemputan kru. 
selamat datang, masa depan!

Wednesday, February 01, 2012

Finally, The Printil Printil Begins!

Ola!

After a series of tiring months of Dec and mid January, my Spanish house was constructedly done by the third week of January. Then came the far, far more tiring and purse-wrecking process; preparing the printil-printil. That'll be included mix-matching colours for tiles, walls paintings, sanitary appliances, etc. It's waaay taking too much time and concentration for me since I adore all the colours of this universe :P

Although it took a lot of my time and money, I enjoyed the process so much. I started mingle with some contruction mega stores, like Mitra 10, Depo Bangunan and Bazaar Bangunan to observe their collection and ponder the possibility of using 'em. I had to face some reality (that bit) some materials that once I wanted to applied in my house were too pricey for my budget, then I replaced with the lower (price and quality *sob*) ones. Like my tile story: firstly I wanted to applied granite, ended up with low-end ceramics (that I'll never regret at all!). And that kitchen set story, at last I purchased 4 items of Royal's. It's cheaper, more flexible and I guess easier to maintain.

Now the tricky part: BATH ROOM!

Having a priceless experience of renovating my mom's, I kinda have a subtle knowledge about building a good, nice bath room. Mix-matching tiles color was still my never-easy dillema (LOL), and tendency to use high-quality accessories will always ironically hit the budget sheet. Shite. Yet, the universe endorsed me to have more natural-look ones (I'm gonna have 2 bath rooms, alright). There goes, one small greenish shower cube (with water heater, yay!), and one a bit bigger teracota's kampung-style (with gentong jar) wet bath room. Enuff.

I'm still collecting small pieces to complete the whole pics of every room of my house. Really it's fun and somehow challenging in its own way. I just hope I won't spend something unusefully waste since I still need a lot of Rups to renovate the front gate.

Oh well, let's take a break for a while. Here are some latest pics of my Spanish house:

Voila! The roof tiles are almost done.
Finishing the facial look. Tall, isn't she?

A view from front window. Those circle air ventilations
are the trade-mark of this house.

Preparing the 2nd storey.

This is gonna be my kitchen window. Excellent.

A view from inside.


A view from above. Sooo high!

The incidental 2nd storey part is making the house look gigantic.
This is the last progress of my Spanish house appearance
by the end of January. Pretty, isn't she?

The tall construction gives a sense of spacious, elegant building.

Look what I found! Yuuum..

Tuesday, January 03, 2012

Reach To The Top!

Hari ini, tepat tanggal 3 Januari 2012, ada dua kejadian yang butuh disyukuri. Pertama, HUT bapak saya ke-73 tahun. Kedua, pemasangan tiang teratas rumah kampung saya.

Mari kita skip kejadian yang pertama, berfokus saja ke syukuran kedua di proses pembangunan rumah bergaya (sok) Spanyol itu. Sebetulanya sudah dari kemarin Mas Tono kasih informasi bahwa sudah saatnya pasang tiang teratas, dan hari kemarin dan sekarang itu wetonnya bagus. Weh, bukannya enggak mau mengadakannya kemarin, lha kasih taunya udah siang. Belum siap lah, mas! Belanja kebutuhannya saja belum.

Maka strategi pun diatur. Karena hari itu ada janji makan siang dengan eks- agen Reksa Dana dan diteruskan makan malam perayaan ultah editor di Majalah Suara PMI, saya menarget belanja ayam dan telur sepulang beraktivitas. Sayur-mayur, beras, kelapa dan bumbu-bumbu bisa besok pagi. Ini didasarkan pengalam syukuran awal pembangun rumah dulu, yang lancar jaya meski cukup mendadak belanjanya. Singkat cerita, rencana penyiapan tumpeng syukuran berjalan mulus. Acara pun alhamdulillah kembali dipimpin Pak Jimin, ustadz spesialis mendoakan rumah di Jalan Kenangan :D

Anyway, berikut evolusi penampakan rumah masa depan saya, dari akhir tahun 2011 hingga tiga hari pertama 2012 ini:

Akhir tahun 2011, Mas Tono menyiapkan gunungan ketiga untuk landasan kayu-kayu kaso.

Tepat tanggal 1 Januari 2012, gunungan sudah lengkap dan tembok mulai diplester.
Yak, inilah penampakan rumah saya yang sudah masuk tahap pemasangan kayu atap.

Ini bagian ruang depan yang bakal jadi semacam ruang tamu.

Sepasang kelapa hijau dan setandan pisang, sebagai tanda syukur atas
pencapaian kerja dan permohonan agar terus dilancarkan dalam prosesnya. Amiiin!

Pak Jimin memimpin doa: semoga rumahnya diparingi berkah, keamanan, kenyamanan,
kebahagiaan, banyak jodoh pria-pria ganteng, baik hati, lucu dan pintar (eh?)

Ini kok Mas Tono cs posisinya kayak abdi dalem menghadap sang raja, hehe.

Tumpeng dipotong! Piring pertama saya persembahkan kepada pak ustadz. Ma'aci ya, Pak Jimin..

Senyuuum :)

Serbu!

Menu kesukaan saya: urap sayur-mayur dan tempe orek teri. Nyaaam!

Om Tomi secara simbolis menanam paku emas ke dalam lubang di batang kayu
yang nanti akan dipasang di puncak teratas rumah saya. Bismillah..

Lubang di kayu tadi lalu dipasang pasak, dibungkus
Bendera Merah Putih, dan dipaku. Siap dipasang!