Legaaa banget habis nonton film Catatan Harian Si Boy (CHSB) di press screening yang ambil tempat di XXI Epicentrum-Kuningan kemarin. Mengejutkan, filmnya segar & menghibur! Padahal terus terang saya sudah sarkastik aja, prejudis & pesimis karena sutradaranya masih anak baru, nggak punya portofolio bikin film pula. Sementara beban serial Catatan Si Boy (Cabo) terdahulu kan cukup berat tuh...
Kalau belum tahu gimana legendarisnya film Cabo, serial yang sekuelnya sudah 4 biji ini bak film James Bond; selalu dinanti. Di zaman sekarang ya seri Hary Potter dan Twilight Saga. Bedanya, Cabo berawal dari sandiwara radio yang rutin diputar radio remaja paling hit di tahun 80-90'an, Prambor's Rasisonia. Zaman itu sandiwara radio sedang booming, dan yang segmen pendengarnya anak remaja gaul ya Cabo ini. Dengan setting kota Jakarta masa itu yang sedang tumbuh makmur dan banyak konglomeratnya (hasil KKN), maka generasi keduanya digambarkan hedon, melek fashion dan punya bahasa sendiri. Karakter utama ceritanya, si Boy, anak tajir yang demen ke disko tapi tak pernah lupa sholat 5 waktu dan rajin kuliah. Banyak icon-icon yang menjadi tren remaja diserap dr film ini: BMW ala mas Boy, tasbih yang digantungkan di kaca spion tengah, bahasa slang Boy dkk, celana jins baggy & kacamata "cengdem", dan tentu aja soundtrack klasik macam theme song Catatan Si Boy yang dinyanyikan Ikang Fawzi, Boy I Love You-nya Fairuz, Emosi Jiwa-nya Yana Julio & Lita Zein, dan Terserah Boy-nya Atiek CB.
Nah, terbayang dong gimana CHSB ini diharapkan mampu mengimbangi hip yang pernah dibuat sama 5 film Cabo? Bagi fans serial Cabo, mereka pasti berdoa supaya CHSB nggak ngrusak kenangan indah mereka tentang konflik percintaan si Boy dengan beberapa perempuan, tentang penggambaran kehidupan hedon kaum jetset lokal yg terlihat 'normal', tentang Kendi yang ganteng & jago brantem, dan tentu tingkah-laku Emon yang sangat dinanti.
Adegan pembuka di awal film--yang ujug-ujug memperlihatkan Onky Alexander sedang terburu-buru menuju ke heli pad--memang bikin misleading penonton. terutama saya, yang benar-benar kuatir kalo ini semata-mata film yang ingin numpang kebekenan seri Cabo! Tapi seiring berjalannya scene demi scene, tampaklah permainan angle kamera yang dinamis dan atraktif, visual film yang ala luar negeri (nggak taunya post-produksi dikerjain di Thailand), daaan akting Poppy Sovia & Abimana yg jempolan.. Maka saya dengan sukses menyimpulkan bahwa film berdurasi 1 jam 40 menit ini bukan remake seri Cabo. Definitely not. Yang ini beda, memakai icon-icon yang sesuai dengan zamannya, segar, dan boleh banget ditonton karena sangat menghibur.
Buktikan aja sendiri!
The poster. Nggak jelek.. |
Kalau belum tahu gimana legendarisnya film Cabo, serial yang sekuelnya sudah 4 biji ini bak film James Bond; selalu dinanti. Di zaman sekarang ya seri Hary Potter dan Twilight Saga. Bedanya, Cabo berawal dari sandiwara radio yang rutin diputar radio remaja paling hit di tahun 80-90'an, Prambor's Rasisonia. Zaman itu sandiwara radio sedang booming, dan yang segmen pendengarnya anak remaja gaul ya Cabo ini. Dengan setting kota Jakarta masa itu yang sedang tumbuh makmur dan banyak konglomeratnya (hasil KKN), maka generasi keduanya digambarkan hedon, melek fashion dan punya bahasa sendiri. Karakter utama ceritanya, si Boy, anak tajir yang demen ke disko tapi tak pernah lupa sholat 5 waktu dan rajin kuliah. Banyak icon-icon yang menjadi tren remaja diserap dr film ini: BMW ala mas Boy, tasbih yang digantungkan di kaca spion tengah, bahasa slang Boy dkk, celana jins baggy & kacamata "cengdem", dan tentu aja soundtrack klasik macam theme song Catatan Si Boy yang dinyanyikan Ikang Fawzi, Boy I Love You-nya Fairuz, Emosi Jiwa-nya Yana Julio & Lita Zein, dan Terserah Boy-nya Atiek CB.
Nah, terbayang dong gimana CHSB ini diharapkan mampu mengimbangi hip yang pernah dibuat sama 5 film Cabo? Bagi fans serial Cabo, mereka pasti berdoa supaya CHSB nggak ngrusak kenangan indah mereka tentang konflik percintaan si Boy dengan beberapa perempuan, tentang penggambaran kehidupan hedon kaum jetset lokal yg terlihat 'normal', tentang Kendi yang ganteng & jago brantem, dan tentu tingkah-laku Emon yang sangat dinanti.
Ario Bayu, "Mas Boy" buat generasi baru. |
Saya enggak ngikutin gosip pra-produksi film ini, tapi terdengar cerita dari teman bahwa si sutradara (Putratama Tuta) sempat diwawancara. di sesi itu dia dipojokkan, ditanya apakah film ini remake dari seri Cabo terdahulu. Konon Tuta berulang kali menjelaskan bahwa film debutnya ini nggak menceritakan kelanjutan konflik si Boy di Cabo, melainkan memakai medium buku harian sebagai alibi memakai cast & setting yang kadung klasik itu. Tapi si wartawan nge-push, minta ada pernyataan yang mengarah ke kaitan film dengan Cabo. Jadilah sambil berseloroh si sutradara lulusan sekolah film di Aussie ini menyebut bintang utama filmnya ini adalah buku catatan harian si Boy, bukan si Boy-nya. Semua yang ada di sesi itu pun tertawa.
Dan ternyata, itu bukan gurauan. Film ini memang bukan film tentang mas Boy di Cabo dulu. Ini film yang meminjam bukunya untuk membangun sikuen cerita. Agak dipaksakan sih, tapi masih di ambang normal kok. Filmnya sendiri menceritakan kisah persahabatan Satrio (Ario Bayu), Nina (Poppy Sovia), Andi (Abimana Satya), dan Herry (Albert Halim). Mereka berempat beraktivitas di bengkel mobil dengan peran yang berbeda. Konflik muncul setelah Satrio bertemu Tasha (Carissa Putri) & pacarnya di kantor polisi. Bla, bla, bla.. yada, yada, yada. Yak, silakan tonton sendiri.
Adegan yang menurut saya keren banget angle kameranya. |
Adegan pembuka di awal film--yang ujug-ujug memperlihatkan Onky Alexander sedang terburu-buru menuju ke heli pad--memang bikin misleading penonton. terutama saya, yang benar-benar kuatir kalo ini semata-mata film yang ingin numpang kebekenan seri Cabo! Tapi seiring berjalannya scene demi scene, tampaklah permainan angle kamera yang dinamis dan atraktif, visual film yang ala luar negeri (nggak taunya post-produksi dikerjain di Thailand), daaan akting Poppy Sovia & Abimana yg jempolan.. Maka saya dengan sukses menyimpulkan bahwa film berdurasi 1 jam 40 menit ini bukan remake seri Cabo. Definitely not. Yang ini beda, memakai icon-icon yang sesuai dengan zamannya, segar, dan boleh banget ditonton karena sangat menghibur.
Seluruh pemain dan kru berfoto bersama saat konferensi pers. |
Buktikan aja sendiri!