kupu-kupu kecil itu hinggap di pucuk pohon anggrek peliharaanku yang sudah tak terurus. kepaknya lamat-lamat menjadi pelan, lalu sama sekali berhenti. terlihat jelas sirat motif retakan hitam di latar kuning pucat, yang muaranya di sebuah bulatan besar hitam pula. mirip jalur sungai di peta. aku tak tahu pasti masuk jenis apa serangga ini. baru sekali aku merasa sangat tertarik kepada seekor kupu-kupu. menurutku, lebah dan capung masih lebih asyik untuk diamati dibanding kupu-kupu. tapi hari ini tak ada seekor lebah atau capung pun yang mengisi cakrawala pandanganku.
kini tatapanku terpaku pada sosok cantik yang selintas terlihat lemah itu. kupu-kupu kecil yang mungkin sudah ratusan bahkan ribuan kali mendatangi kebun kecil di depan rumahku ini. sambil memerhatikan tindak-tanduknya, aku berharap binatang itu menolehkan kepalanya dan mengatakan sesuatu padaku. apa saja; bisa kabar baik, bisa kabar buruk, atau sekadar kalimat yang tak bermakna, aku tak peduli. aku lantas berandai-andai, jika kupu-kupu kecil itu sungguh menoleh dan membuka mulutnya.. lalu ia bilang, "sudah jelas kamu akan masuk neraka!"
***********************************************
ah, gila! mengapa keyakinan yang sudah aku kumpulkan beberapa hari belakangan ini berubah menjadi kutukan dan penyesalan? setelah penolakan dan derita tekanan mental, apa aku masih salah untuk melakukan perlawanan? aku ini manusia, punya perasaan, punya keterbatasan, punya hasrat untuk membebaskan diri. apakah semua yang dikatakan baik itu pasti tak berunsur kejahatan? dan sebaliknya, apakah kejahatan itu hakikinya harus dieliminasi? ada apa dengan azas keseimbangan di alam raya? semua sistem yang bekerja sesuai kitahnya sehingga kehidupan menjadi abadi, termaktublah elemen baik-jahat, kuat-lemah, pandai-bodoh, cinta-benci. semuanya padu dan saling mengisi, toh?
jadi harusnya aku tidak masuk neraka karena sudah menghabisi nyawa ayahku. ia membelengguku dari cita-cita ingin menjadi pramugari, hanya karena omongan tanpa bukti orang-orang di sekitarnya yang memercayai pekerjaan ini hina. "mereka gundik penumpang, umpan bagi lelaki kaya yang jahil, dan pemuas birahi para pilot," begitu katanya. jelas saja aku tidak terima. aku sudah lolos tes kesehatan, tes terakhir sebelum mereka memberi pelatihan tentang keselamatan di udara. bahkan tubuhku sudah diukur untuk dibuatkan seragam.
aku sudah di seperempat jalan menuju impianku, tak bisa berhenti lagi. tiga jam lalu aku mencolokkan pengering rambutku ke saklar listrik, kabelnya sudah kulukai. pengering rambut itu kugeletakkan di lantai pancuran, keset handuk akan menjadi kamuflasenya. begitu ayah mandi, maka ia akan tersetrum listrik. semuanya akan seperti kecelakaan saja. dan rencanaku berjalan mulus.
***********************************************
kupu-kupu kecil itu tiba-tiba terbang meninggalkan kebunku. mungkin ia terbang menuju tempat yang sudah ia impi-impikan. seperti juga diriku, aku ingin menuju ke tempat yang ku impi-impikan. aku berdiri dari tangga di depan rumah, menepuk-nepuk debu di rok merah yang padu dengan blus motif batik kemerahan. seragam baruku. pandanganku menerawang ke seluruh penjuru kebun. semuanya diam. semuanya memahami tindakanku, aku yakin. segala sesuatu terjadi karena sudah suratan. aku digariskan menghabisi ayahku, kurasa tak ada yang salah dengan itu.
tak lama terdengar klakson mobil. aku bergegas menarik koper berodaku menuju pintu pagar depan. mobil jemputan kru.
selamat datang, masa depan!