Life, stranger than fictions..

Welcome to my blog! It's a pleasure to have you here reading my hyperbolic scribbles. Some are archived stuff from my other blogs (inactive ones), some are brand new ideas. My words will be too much, overrated, out of line, dysfunctional, confusing, impractical and sometime don't make any sense. But in a hand, they have released my tense.
So enjoy these imaginarium of free mind. In a case you are interested to drop a line, or jes wanna appreciate any posts, don't be hesitate. Do your deed! Release those hustle-bustle inside your brain!

Wednesday, January 19, 2011

Be (very) careful what you wish for! [archieve]

Teringat sebuah film horror, judulnya 'Wishmaster' (sekuelnya sampai Wishmaster 4). Ceritanya tentang seekor jin yang tidak sengaja dikeluarkan dari tempat tinggalnya--sebentuk batu permata merah--oleh seorang wanita. Jin itu lalu turun ke Bumi untuk menjalankan misi khusus. Dia mendatangi penjahat-penjahat atau orang yang punya pikiran dan niat jahat, lalu minta mereka bikin 'wish' ke dia. Habis itu dia dengan sadis (jin gitu loh, bisa bunuh manusia dengan segala gaya dong!) menghabisi orang-orang yang 'wish'-nya sudah dipenuhi dan mengambil roh/jiwa mereka. Nah, ketika koleksi rohnya mencapai jumlah tertentu konon kekuatan si jin ini mampu mengubah Bumi jadi neraka dan dia jadi penguasanya. Sebuah adegan penghabisan nyawa ala Wishmaster yg selalu saya ingat adalah ketika si WM (singkatan nama jin itu) masuk ke penjara. Lalu beraksilah dia di situ, menawarkan jasa memenuhi wish para in-mate alias napi. Salah satu korban minta agar dia 'dikeluarkan' dari jeruji penjara. Sesuai etika misinya, maka WM mnyebutkan MoU lisan bahwa ketika wish si napi dia granted, maka rohnya jadi milik WM. Si napi dengan pandangan nggak ngerti dan sok licik, iya aja. Daaan, sim-salabim! Tubuh si napi (dalam keadaan sadar) seketika seperti ada yang mengambil alih, lalu tubuh itu dipaksa 'lolos' dari jeruji besi. Tubuhnya pun patah-patah, berurai darah karena akhirnya 'keluar' dari deretan sempit jeruji penjara. Genre film ini disebut sebagai dark comedy horror. Debutnya disutradarai oleh Robert Kurtzman dan diproduseri Wes Craven. Sekuel pertamanya terbilang sukses dan meraih box office, meskipun kritikus membabat habis film ini dengan cacian dan hinaan.. 

Anyway, ada frasa menarik di poster film ini: 'be careful what you wish for'. Maknanya, setiap wish yang kita buat akan berbuah sejumlah konsekuensi yang harus kita hadapi, jadi jangan sembarangan bikin wish. Kalau kita refleksikan lagi pengalaman yang sudah lewat, pasti ada kejadian yang mungkin dulunya menjadi wish dan akhirnya terwujud. Tapi apakah lantas hidup saat itu makin mudah dan menyenangkan? Kebanyakan malah sebaliknya. Paling tidak kalau wish itu terlalu muluk dan jauh dr kondisi awal kita saat itu. 

Saya pernah wishing menjadi seorang peneliti; bidang pekerjaan yang terdengar 'keren', meliputi tahapan yang disiplin dan asik dijalankan. Dan tentunya membanggakan keluarga. Wish itu di-granted Tuhan loh! Saya jatuh-tidak bangun selama setahun menjalankan tugas. Setelah itu saya tidak pernah bikin wish aneh-aneh ketika berurusan dengan pekerjaan. Wish saya cuma satu: saya bisa tetap menulis dan dekat-dekat dengan buku. Alhamdulillah, sekali lagi wish saya di-granted! 

Kejadian setali-dua uang juga dialami teman baik saya. Bertahun-tahun dia menggeluti dunia freelance dan tidak pernah terikat di satu institusi. Hidupnya bak roller-coaster karena order job yang flow-nya tidak terduga; kadang ramai, kadang ramai banget. Teman saya mulai jenuh. Ingin kehidupan tempo sedang yang teratur, begitu dalih dia. Maka dia bikin wish jadi proletar 9-5 seperti saya. Sim-salabim, GRANTED! Belum genap setahun, teman saya sudah komplen. Dia mulai menampakkan sindroma proletar mati gaya: datang siang, di kantor cuma main games, pulang hedonista. Kata dia, rindu dengan jam tidur berlebihan yang dulu sering dia lakoni. Tapi dia tentu tidak rindu dengan masa paceklik dan tongpes karena invoice yang belum juga dibayar klien.. 

Ada lagi cerita seorang teman yang lama jobless dan wish bisa jadi eksekutif di perusahaan asing. Granted dong. Konsekuensinya, dia mulai berubah jadi 'eksekutif' yang nggak bisa dibawa ke warung emperan atau tempat-tempat nongkrong reguler kami. Dia mulai kongkow di resto-resto dan cafe-cafe mahal, dengan memaksa kami ikut, atau pergi sendiri. Anehnya, pelitnya nggak berubah. Kini dia mulai kehilangan kami, teman-teman lamanya, satu per satu. Dimulai dari saya.. 

Apa pun, ada konsekuensinya. Bagi yang belum mencapai sesuatu hal yang didamba, memang tampak menggiurkan. Tapi waspadalah! Segala pencapaian dalam hidup itu rupanya equal dengan cobaan. Mau yang tampaknya "baik" atau "buruk", semuanya menuntut kita untuk berubah dan beradaptasi. Dan menderita. Dan tersadar bahwa awalnya kita ini hanya anak kecil yang selalu bikin wish agar segera dewasa, hanya karena kita pikir menjadi orang dewasa itu berarti hidup kita akan lebih bahagia. Begitu naifnya. Menurut saya hidup ini bukan pilihan; hidup itu suratan. Kita tinggal menjalani. Menerobos hambatan dan menembus cobaan, kita akan terus ditempa sampai 'lolos' dari jeruji kehidupan. 



Jadi, hati-hati dengan wish yg kita buat. 






No comments:

Post a Comment