malam ini aku menulis lagi. dalam arti literal; pena dan kertas. aktivitas yang dulu menjadi momen-momen penting 'tuk melegakan rongga-rongga pikiran, dan membuatku lebih waras dan awas.
setahun ini aku acuhkan jurnal itu. aku alihkan luapan gejolak kata-kata di otak ini yang meronta ingin dibebaskan. aku lantas giat berbicara, mengumbar sejuta ucapan yang kadang bias dan bermakna banyak. aku malah jadi sakit jiwa. aku lumpuh karena tak sempurna berekspresi, tidak berkata jujur, tak sanggup berempati, berduka, memaki dan memuji. serangkaian ucapan oral yang seringkali tak ku mengerti maknanya mengalir deras bak arus sungai. aku galau dalam repertoirku sendiri.
kosong. nista. kehilangan pijakan!
aku lebih baik diam dan menulis saja. pikiranku ternutrisi, perasaanku damai, mata hatiku kian tercerahi. membaca kehidupan, lalu menulis perasaanku. bukankah itu yang diajarkan-Nya? aku sungguh insan bodoh yang tak juga mengerti penjelasan alam semesta lewat tanda-tanda!
di sinilah sekarang aku terdiam dalam sunyi yang abadi. namun ada ocehan-ocehan ribut dalam relung jiwaku. cerita-cerita tragedi, komedi, ironi. semua yang ku alami setiap hari. tidak, mulutku terkunci rapat. biar penaku yang menari lincah mengejawantahkannya di atas kertas-kertas ini. biar aku sendiri yang tergelak, menangis, atau tersenyum. sebentuk asa ingin ku rajut kembali, agar jiwaku penuh, lukaku kering. biar aku mampu untuk kembali jujur dalam memuji, memaki, meratap, mengapresiasi. lakukan, lakukanlah ini selalu!
berhentilah terlalu banyak berbicara!
setahun ini aku acuhkan jurnal itu. aku alihkan luapan gejolak kata-kata di otak ini yang meronta ingin dibebaskan. aku lantas giat berbicara, mengumbar sejuta ucapan yang kadang bias dan bermakna banyak. aku malah jadi sakit jiwa. aku lumpuh karena tak sempurna berekspresi, tidak berkata jujur, tak sanggup berempati, berduka, memaki dan memuji. serangkaian ucapan oral yang seringkali tak ku mengerti maknanya mengalir deras bak arus sungai. aku galau dalam repertoirku sendiri.
kosong. nista. kehilangan pijakan!
aku lebih baik diam dan menulis saja. pikiranku ternutrisi, perasaanku damai, mata hatiku kian tercerahi. membaca kehidupan, lalu menulis perasaanku. bukankah itu yang diajarkan-Nya? aku sungguh insan bodoh yang tak juga mengerti penjelasan alam semesta lewat tanda-tanda!
di sinilah sekarang aku terdiam dalam sunyi yang abadi. namun ada ocehan-ocehan ribut dalam relung jiwaku. cerita-cerita tragedi, komedi, ironi. semua yang ku alami setiap hari. tidak, mulutku terkunci rapat. biar penaku yang menari lincah mengejawantahkannya di atas kertas-kertas ini. biar aku sendiri yang tergelak, menangis, atau tersenyum. sebentuk asa ingin ku rajut kembali, agar jiwaku penuh, lukaku kering. biar aku mampu untuk kembali jujur dalam memuji, memaki, meratap, mengapresiasi. lakukan, lakukanlah ini selalu!
berhentilah terlalu banyak berbicara!
courtesy of silviakusada.wordpress.com |