Life, stranger than fictions..

Welcome to my blog! It's a pleasure to have you here reading my hyperbolic scribbles. Some are archived stuff from my other blogs (inactive ones), some are brand new ideas. My words will be too much, overrated, out of line, dysfunctional, confusing, impractical and sometime don't make any sense. But in a hand, they have released my tense.
So enjoy these imaginarium of free mind. In a case you are interested to drop a line, or jes wanna appreciate any posts, don't be hesitate. Do your deed! Release those hustle-bustle inside your brain!

Thursday, February 03, 2011

[archieve] "Angels and Demons" yang kriyak-kriyuk itu

Tidak sengaja nonton film ini. Ketika itu saya memenuhi janji ke sahabat sejak SD, Mina, untuk menonton film di salah satu bioskop di Bekasi. Awalnya dia mau ajak nonton 'Gila Disko', tapi berakhir di pilihan 'Angels and Demons'. Film ini blas di luar rencana kami berdua--Mina ngebet nonton film Indonesia, sementara saya rada trauma dengan 'Da Vinci Code'--tapi kami pasrah aja. Dengan modal aneka snacks yang kami beli di Superindo dan sebotol air kemasan, kami pun memasuki pintu teater 2..

Setelah selesai nonton, saya langsung setuju 100% dengan kritik hina-dina yang diterima film ini di situs rotten tomatoes (http://www.rottentomatoes.com/m/1189217-angels_and_demons/); film ini "waste of time" dan proyek cari uangnya Ron Howard (sutradara) dan Tom Hank (bermain sebagai Langdon lagi, nggak kapok ya?) aja. Dipenuhi bintang-bintang layar lebar (ada Ewan McGregor), sutradara kelas kakap (Ron Howard gitu), komposer musik yang bagus (Hans Zimmer), dan setting film yang cantik, toh film ini rada 'kosong' tidak meninggalkan kesan apa-apa karena terlihat naif sekali ingin menelanjangi gereja. Nilai-nilai kesakralan yang harusnya bikin goosebumps dan bisa jadi bumbu tersendiri malah nggak kerasa atau jadi silly banget ditindas sikap ingin tahu nan arogannya Langdon, yang juga terasa dibuat-buatnya.

Dasar film action, hal-hal kecil yang penting untuk pengetahuan awal para penonton malah di-skip, diganti adegan bunuh-bunuhan, kejar-kejaran, adegan Langdon sok-sok mencari dan menemukan petunjuk, dan aneka kebetulan-kebetulan yang kelihatan banget dipaksakan muncul. Saya enggak terbawa emosi (at all!) waktu Ewan McGregor membakar diri di ending film ini (he's too handsome to be cremated after all). Malah teringat acting dia di film "Velvet Gold Mine"; seperti melihat pertunjukan musik di era glamrock!

Tapi nggak rugi-rugi amat sih nonton film ini. Kita bisa liat pemandangan luar biasa cantiiik di Vatikan, gedung-gedung tuanya yang terawat, dan ruang-ruang rahasia yang tak terduga saling berhubungan. Meskipun lagi-lagi diperlihatkan betapa mudahnya mengakses fasilitas-fasilitas rahasia di sana, buat saya ini pengetahuan baru seputar Kota Vatikan dan gedung-gedung penunjang kesehariannya. Bagusnya lagi ini bukan film action dar-der-dor yang memaksa bikin adegan menghancurkan gedung-gedung indah peninggalan sejarah. Awas saja kalo iya...

Saya tidak terlalu paham dengan sistem gereja and how it works. Yet sadly to be said, film ini bikin perasaan jadi campur-aduk (dan rada sinikal) dengan termin 'kepatuhan' ala pengabdi-pengabdi di sana (any religion's base in general). Batas tipis sifat 'malaikat dan hantu' yang dalam film ini digambarkan oleh perilaku 'jahat' Camerlengo Patrick tiba-tiba menihilkan pengetahuan tentang pengabdian luar biasa mereka yang dilandasi cinta buta kepada Sang Maha Pemilik. Orang-orang yang harusnya kita hormati pilihannya dan terjaga 'kesuciannya' itu berubah jadi seperti kita yang awam ini; yang penuh prejudis dan sangat duniawi. Padahal area yang mereka geluti sehari-hari adalah agama, sesuatu yang dipahami secara umum sebagai 'petunjuk hidup'. Konon Vatikan tak terlalu ambil pusing dan nge-ban umatnya utk nonton film ini. Mereka belajar dari pngalaman pas Da Vinci Code, yang malah sukses berat pas mereka bikin komplen. Pendapatan Da Vinci Code tercatat sampai US$218 juta. Reaksi Vatikan yang bikin banjir duit itu nggak terulang di petualangan Langdon kali ini.

Balik ke bioskop, kami adalah penonton paling 'ribut' karena nggak berhenti mengunyah aneka makanan waktu menonton film ini. Ada kripik kentang rasa teriyaki, rasa keju, kripik singkong pedas, dan wafer coklat. Begitulah, film dan mulut kami pun kriyak-kriyuk tiada henti. Lalu kami menjalankan aksi memeperkan sisa MSG di jemari ke sandaran tangan (hahaha). Eh iya, tak lupa bekal lontong isi jebakan rawit bikinan Mina yang maknyus pedesnya! Rada kucing-kucingan juga karena ternyata sekarang sudah tidak boleh lagi bawa makanan ke dalam teater bioskop! Kelamaan jadi member lapak DVD bajakan nih..



Tom Hank masih direbonding di sekuelnya Davinci Code ini. Enggak banget!
Kontroversi murahan pas premiernya. Nggak nolong sama sekali.
Ewan Mc Gregor.. on fire!


No comments:

Post a Comment