Hari Kebangkitan Nasional, mengapa jatuh di tanggal 20 Mei? Apa hanya saya yang penasaran dengan penetapannya?
Konon pada tanggal segitu terbentuklah Boedi Oetomo (BO), sebuah organisasi yang lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang terjadi di perpustakaan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen oleh sejumlah mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Menurut buku sejarah di sekolah, BO memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa Belanda, serta bagaimana cara memperbaiki keadaan buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik pun mereka tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
80 persen dari kalimat di atas saya ambil di situs wikipedia ketika saya input kata "kebangkitan nasional, 20 mei 1908" di mesin pencari Google. Terus terang saya penasaran dengan pemilihan tanggal untuk jargon sebesar itu. Sebenarnya ada apa dengan Boedi Oetomo sehingg akelahirannya lantas dijadikan tonggak untuk bangkitnya sebuah bangsa yang nyata-nyata sudah sejak ratusan tahun lalu (dinilai) terpuruk ini?
Dari oprek-oprek selanjutnya, secara mengejutkan saya mendapat link ke situs-situs lain yang komplen dengan pemilihan tanggal sekian sebagai harkitnas. Dikatakan mereka bahwa BO itu organisasi kendaraannya Belanda karena seluruh ketuanya notabene para priyayi Jawa yang ditunjuk, diangkat dan digaji oleh kumpeni. Mereka juga tidak bisa dibilang organisasi yang nasionalis karena keanggotaannya eksklusif terdiri dari suku Jawa dan Madura saja. Pergerakannya pun hampir tak menonjol, kalah jika dibandingkan gerak organisasi Sarikat Islam, misalnya. La wong thn 1935-nya BO tutup toko alias bubar. Dan, tidak pernah 'bangkit' lagi. Mati, diam, titik. Game over.
Situs-situs dan blog-blog pribadi yang kebanyakan berlatar belakang Islam itu lalu mengklaim hari lahirnya Sarikat Dagang Islam justru lebih layak dijadikan momen acuan yang penting dirayakan setiap tahunnya. Mengapa? Karena SDI berdiri jauh sebelum BO, dengan azas yang lebih heterogen (para pedagang dari suku yang beragam, misinya ingin melepaskan diri dari kungkungan peraturan kumpeni yang menindas), meski sangat harum bau Islam dan dagangnya.
Pencarian saya makin seru ketika tak sedikit pula pihak yang tidak setuju dengan klaim 16 Oktober (tanggal lahirnya SDI) lebih tepat sebagai harkitnas. Hari kebangkitan Islam atau perdagangan, mungkin bisa. Tapi harkitnas? Mmh, tunggu dulu! SDI bukan organisasi yang sukses-sukses amat jaga imej karena kelak kemudian hari melahirkan PKI yang komunis. Komunis yang atheis jelas kontra-paralel dengan azas Pancasila yang berketuhanan dan Islam secara general yang menolak atheisme.
Debat seru dan asyik ini sebatas opini bebas di alam maya dan belum menjadi wacana yang serius di tingkat cerdik-cendikia. Apalagi para pejabat dan politisi. Hell with this, we're busy with consolidation! mungkin itu jawaban mereka. Tapi sudah pernah ada desertasi yang membahas kesalahan penetapan tanggal harkitnas ini. Kalau boleh memilih, momen Sumpah Pemuda jauh lebih layak disebut harkitnas karena memenuhi seluruh aspek yang dibutuhkan untuk sebuah jargon semegah itu; mencakup elemen suku bangsa yang beragam, bervisi nasional, dan melahirkan satu misi luhur negeri ini, yakni kemerdekaan RI.
Jadi kapan harkitnas berubah tanggal? Ah, mungkin kekacauan persepsi atas hari yang luar biasa besar maknanya itu mencerminkan kondisi di negeri ini. Atau kita memang tak pernah benar-benar bangkit sebagai sebuah bangsa?
Konon pada tanggal segitu terbentuklah Boedi Oetomo (BO), sebuah organisasi yang lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang terjadi di perpustakaan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen oleh sejumlah mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Menurut buku sejarah di sekolah, BO memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa Belanda, serta bagaimana cara memperbaiki keadaan buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik pun mereka tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
80 persen dari kalimat di atas saya ambil di situs wikipedia ketika saya input kata "kebangkitan nasional, 20 mei 1908" di mesin pencari Google. Terus terang saya penasaran dengan pemilihan tanggal untuk jargon sebesar itu. Sebenarnya ada apa dengan Boedi Oetomo sehingg akelahirannya lantas dijadikan tonggak untuk bangkitnya sebuah bangsa yang nyata-nyata sudah sejak ratusan tahun lalu (dinilai) terpuruk ini?
Dari oprek-oprek selanjutnya, secara mengejutkan saya mendapat link ke situs-situs lain yang komplen dengan pemilihan tanggal sekian sebagai harkitnas. Dikatakan mereka bahwa BO itu organisasi kendaraannya Belanda karena seluruh ketuanya notabene para priyayi Jawa yang ditunjuk, diangkat dan digaji oleh kumpeni. Mereka juga tidak bisa dibilang organisasi yang nasionalis karena keanggotaannya eksklusif terdiri dari suku Jawa dan Madura saja. Pergerakannya pun hampir tak menonjol, kalah jika dibandingkan gerak organisasi Sarikat Islam, misalnya. La wong thn 1935-nya BO tutup toko alias bubar. Dan, tidak pernah 'bangkit' lagi. Mati, diam, titik. Game over.
Situs-situs dan blog-blog pribadi yang kebanyakan berlatar belakang Islam itu lalu mengklaim hari lahirnya Sarikat Dagang Islam justru lebih layak dijadikan momen acuan yang penting dirayakan setiap tahunnya. Mengapa? Karena SDI berdiri jauh sebelum BO, dengan azas yang lebih heterogen (para pedagang dari suku yang beragam, misinya ingin melepaskan diri dari kungkungan peraturan kumpeni yang menindas), meski sangat harum bau Islam dan dagangnya.
Pencarian saya makin seru ketika tak sedikit pula pihak yang tidak setuju dengan klaim 16 Oktober (tanggal lahirnya SDI) lebih tepat sebagai harkitnas. Hari kebangkitan Islam atau perdagangan, mungkin bisa. Tapi harkitnas? Mmh, tunggu dulu! SDI bukan organisasi yang sukses-sukses amat jaga imej karena kelak kemudian hari melahirkan PKI yang komunis. Komunis yang atheis jelas kontra-paralel dengan azas Pancasila yang berketuhanan dan Islam secara general yang menolak atheisme.
Debat seru dan asyik ini sebatas opini bebas di alam maya dan belum menjadi wacana yang serius di tingkat cerdik-cendikia. Apalagi para pejabat dan politisi. Hell with this, we're busy with consolidation! mungkin itu jawaban mereka. Tapi sudah pernah ada desertasi yang membahas kesalahan penetapan tanggal harkitnas ini. Kalau boleh memilih, momen Sumpah Pemuda jauh lebih layak disebut harkitnas karena memenuhi seluruh aspek yang dibutuhkan untuk sebuah jargon semegah itu; mencakup elemen suku bangsa yang beragam, bervisi nasional, dan melahirkan satu misi luhur negeri ini, yakni kemerdekaan RI.
Jadi kapan harkitnas berubah tanggal? Ah, mungkin kekacauan persepsi atas hari yang luar biasa besar maknanya itu mencerminkan kondisi di negeri ini. Atau kita memang tak pernah benar-benar bangkit sebagai sebuah bangsa?
Apa pantas kelahiran Boedi Oetomo menjadi tonggak Harkitnas? |
Nice article,mengungkap fakta sejarah yang memang kita perlukan untuk memupuk rasa kebangsaan.
ReplyDeleteNice share sop,ijin memakai gambarmu.
Happy blogging.
my pleasure, bung. semoga tulisan saya menginspirasi dan membuka wawasan. salam kompak, yo!
ReplyDelete