Life, stranger than fictions..

Welcome to my blog! It's a pleasure to have you here reading my hyperbolic scribbles. Some are archived stuff from my other blogs (inactive ones), some are brand new ideas. My words will be too much, overrated, out of line, dysfunctional, confusing, impractical and sometime don't make any sense. But in a hand, they have released my tense.
So enjoy these imaginarium of free mind. In a case you are interested to drop a line, or jes wanna appreciate any posts, don't be hesitate. Do your deed! Release those hustle-bustle inside your brain!

Saturday, January 15, 2011

Kisah Saraswati & Bima [teaser 1]



sejenak cerita ttg agoni..


di suatu masa, tersebutlah seorang pria bernama BIMA yang lebih nyaman dengan dirinya sendiri. dia pikir hidupnya sudah cukup, tak perlu kemewahan untuk didampingi lawan jenis yang tentu tak mungkin akan memenuhi semua kriteria dari seseorang yang dianggapnya sempurna. 

tapi Pemilik Hidup memberinya kejutan. tiba-tiba, perempuan itu berwujud, solid berada di depan batang hidungnya: SARASWATI!

memang, tak ada sisi fisik yang menarik hasrat untnk dekat dengan dia; wajahnya biasa, tubuhnya biasa, rambutnya biasa, hidungnya tak bangir, kulitnya pun coklat biasa. itu tadi kalau tak mau kasar menyebut kekurangan fisik si perempuan yang bentuk tubuhnya tak proporsional di segala sudut. ya, gambaran perempuan biasa saja yang di keramaian begitu membaur, kecuali dia memakai baju berwarna seronok..

tapi Bima tak perlu sulit-sulit mencari wajah perempuan itu di benaknya. kenangan tentang Saraswati tak pernah lekang dari alam pikiran Bima. bukan, bukan wajah bulat berdahi lebarnya yang di beberapa tempat ditumbuhi jerawat itu yang membuat Bima kadang tersenyum sendiri. bukan pula bibir tebal kecoklatan atau dada ratanya, atau selera buruk berpakaian perempuan itu. bukan. masih ada 1001 perempuan lain yang lebih indah untuk diingat penampilannya oleh Bima, percayalah.

sesuatu lainnya yang membuat Bima tak henti ingin selalu meluangkan waktu dengan Saras: kegembiraan saat mereka menghabiskan waktu mendiskusikan hal-hal yang terkadang dipikir Bima hanya dia saja yg menyukai dan mengetahui; kenyamanan saat suara perempuan itu mengagumi dan mengapresiasi fakta atau informasi baru yang dia berikan (sejak dia kenal Saraswati, Bima tak kenal waktu menggali segala hal yang disukai Saraswati); dan yang lebih membingungkan namun dirindukannya adalah sensasi yang menyeruak di bawah kulitnya hingga sekonyong-konyong darah di nadinya memburu--seolah-olah ingin pecah--setiap saat mereka sedang berdekatan!

apa yang terjadi padaku? tanya si pria. tak ada yang istimewa dari Saraswati, pikir Bima. tak ada. kecuali ketulusannya memperhatikan kesehatan dirinya yang gemar merokok dan tidur hingga larut malam. hanya itu. dan mungkin kesediaannya mendengar keluh-kesah di saat dia terperangkap masalah pekerjaan. ditambah, kata-katanya yg entah bagaimana dapat mendamaikan jiwa. itu saja, ya. ah, satu lagi. kepeduliannya terhadap sesama, termasuk kepada binatang-binatang telantar yang dengan suka-cita dipelihara di rumahnya yang sudah penuh sesak dengan binatang. dan tentu, kesukaannya membawa hasil masakan eksperimental, yang tak jarang rasanya luar biasa tidak enak!

dan sekarang Saraswati seakan berada di benua yang lain, dengan teman-teman barunya. perempuan itu bagai burung yang terbang lepas di angkasa, sulit utk dijerat kembali ke penangkaran hati Bima. dia sudah melupakanku, pikir Bima. pasti karena kata-kataku yang menyakiti hatinya. kata-kataku menyakiti hatinya, iya, mungkin begitu. "Aku terlalu sibuk dengan diriku dan pekerjaanku. Aku dapat apa? Aku kehilangan Saraswati." Bima menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Bima merasakan bagaimana hari demi hari berlalu dengan hampa. ada yang hilang dan meninggalkan celah kosong di hatinya. lubang itu menganga, namun tiada yang mampu menutupnya. tak juga kesibukan kerja atau wajah-wajah perempuan cantik yang setiap hari ditemui dan dicoba untuk diakrabinya. tetap tak bisa.

di relung hatinya bersemayam pertanyaan yang tak kunjung dicarikan jawabnya: akhir apa yang kau kehendaki, Bima?



"Women Sadness" by Keti Haliori [visit her at www.keti-haliori.com]

No comments:

Post a Comment