Life, stranger than fictions..

Welcome to my blog! It's a pleasure to have you here reading my hyperbolic scribbles. Some are archived stuff from my other blogs (inactive ones), some are brand new ideas. My words will be too much, overrated, out of line, dysfunctional, confusing, impractical and sometime don't make any sense. But in a hand, they have released my tense.
So enjoy these imaginarium of free mind. In a case you are interested to drop a line, or jes wanna appreciate any posts, don't be hesitate. Do your deed! Release those hustle-bustle inside your brain!

Wednesday, January 19, 2011

Miscommunication [archieve]

01 
Dalam sebuah wawancara yang pernah saya lakukan.. 
Saya: Bagaimana kesan ibu terhadap kegiatan seperti ini? 
Ibu: Bagus loh mbak, edukatif tapi juga menghibur. Anak-anak dipacu kreativitasnya. 
Saya: Saran ibu untuk kegiatan selanjutnya? 
Ibu: Apa ya, sudah bagus mbak. Saran saya, dibuat lebih edukatif dan menghibur. Anak-anak dipacu kreativitasnya. 
Saya: Contohnya gimana bu? 
Ibu: Dibuat kegiatan seperti ini lah, yang edukatif dan menghibur anak-anak.. 


02 
Suatu hari di jadwal renang mingguan saya, teman yang jemput (yang biasanya jadi komentator cerita-cerita saya selama perjalanan ke kolam) tiba-tiba antusias jadi 'speaker of the day'. "Masih ingat si Anu? Dia kontak elu nggak?" buka dia. "Nggak. Kenapa?" jawab saya. "Iya, dia tiba-tiba telpon setelah lama nggak nggak ada kabar. Dan, maksa minta ketemuan. Tadi siang akhirnya kita maksi di Panco***," teman saya semangat menjelaskan. "Gue tadinya curiga, kenapa anak itu kontak gue lagi, dan dapat nomer dari mana? Rupanya dia diberitahu si Itu." Saya jadi penasaran, "Trus?" "Kita ketemu jam 1-an, dia sudah di TKP duluan. Pas gue intip dari luar, dia berdua temannya," lanjut teman saya. "Wah, perasaan gue langsung nggak enak!" seru dia. "Bisa nebak nggak urusannya?" Saya mikir sebentar, "MLM?" Wajah dia berubah, "Yak, betul! Gue nggak masalah sih dg MLM. Tapi Cip, bisa tebak lagi nggak apa produknya?" Saya langsung terbayang label AM*** di benak, "Am***?" "Mending itu. Ini PEMBALUT (wanita)! Bisa elu bayangin nggak, mereka demonstrasiin produknya di atas meja Hok***! Gue sampe bingung harus bagaimana," cerocos teman saya. Wah, dua cewek mendemonstrasikan produk pembalut ke cowok? "Pake segala disiram air seperti iklan-iklan pembalut gitu!" tambahnya. "Kenapa si Anu pilih elu untuk diprospek ya? Apa karena elu kerja di perusahaan jasa boga? Emang ada hubungan antara tukang masak sama pembalut?" tanya saya. "Itu yang gue bingung. Habis itu gue tanyain teman-teman perempuan di kantor, gimana kalo mereka ditawari produk semacam itu. Karena harganya hampir 4 kali lipat pembalut umumnya, mereka nggak ada yang mau tuh. Meskipun ada manfaat kesehatannya," jawab dia. Hm, entah dikejar target cari down-line, atau melihat prospek pengaruh laki-laki yang bisa memberi kontribusi pembelian PEMBALUT WANITA. Tapi, kok kayaknya ada yang nggak nyambung? Saking heboh kejadian itu buat dia, teman saya tak habis-habis membahas pngalamannya dari sore sampai malam.. 




03 
Tukang pecel lele: Pesan minumnya apa? 
Teman saya:          Es jeruk, bang. 
Tukang pecel lele: Wah, jeruknya abis mas! 
                                Ganti apa? 
Teman saya:          Ogitu. Ya udah, jeruk anget deh. 




04 
"Halo adik-adik! Apa kabar? Kok nggak semangat sih? Udah pada makan beluuum? Udah 'kan? Kalo udah makan harus semangat! Semangatnya mana? Semangat dong kayak kakak gini... Coba kakak panggil lagi, ya? Halo adik-adik! Aaah, payah deh! Kok masih lemes? Katanya udah makan. Udah semua ya? Kakak yg belum nih.." 




05 
Suatu ketika di sebuah kereta Argo Bromo jurusan luar kota, jauhhh dr Jakarta... 
"Kenapa sih gue di-treat seistimewa ini?" kata si cewek. 
"Ya nggak apa-apa, syukuran aja. 'Kan gue udah janji kalau dapat bonus bakal ajak jalan-jalan. Kapan lagi? Gue tahun depan udah pindah kerja," jelas si cowok. 
"Tapi kenapa si Gun mendadak batal ikut? Trus kenapa teman-teman lain nggak diajak?" brondong si cewek. 
"Gun udah berangkat kemarin bareng bapak. Anak-anak nggak ada yang mau ikut," si cowok ngomong. 
"Gue nggak enak nih, nanti ada gosip aneh-aneh di kantor. Udah capek nangkisnya!" jawab si cewek. 
"Samakkk! Kita berteman baik tapi digosipin aneh-aneh. Anak-anak emang jail. Maklum nggak ada kerjaan," imbuh si cowok. 
"Gue sih nggak pernah anggap serius gosip itu. Gue udah menganggap elu seperti kakak. Sama seperti dengan mas Ben dan Woody. Nggak lebih," tambah si cewek. 
"Tapi anak-anak memang heboh banget menjodohkan kita ya? Emm, kalo ternyata gue punya perasaan lain ke elu, gimana?" lanjut si cowok. 
"Enggak ah! Gue nggak mau ngrusak persahabatan kita," tangkis si cewek. 
"Oh gitu. Iya, gue juga nggak mau tuh ngrusak persahabatan. Dasar anak-anak aja pada kompor bleduk ya?" kata si cowok. 
"Tau sendiri mereka iseng banget.Jangan dianggap serius, ngabisin energi!. Gue nggak punya perasaan apa-apa sama elu, mas Ben dan Woody. Murni teman," jawab si cewek. 
"Oke," cowok lagi. 
"Ngomong-ngomong, kenapa elu minta gue bawa baju kondangan? Ada acara apa dulu nih?" tanya si cewek. 
"Oh, itu. Nikahan kakak gue," jawab si cowok. 
"Ha?" si cewek mau pingsan. 




06 
Dalam sebuah ceramah Jumat di masjid pedusunan.. 
"Sesungguhnya perlombaan tujuhbelasan itu HARAM hukumnya! Mengapa? Karena menyiksa umat. Coba bapak-bapak perhatikan bagaimana saudara-saudara kita dibuat menderita, harus naik di sebatang kayu yang licin untuk sekadar memperebutkan barang-barang yang tak seberapa. Apa itu tidak penyiksaan namanya? Kalau memang mau bersadakah, memberi hadiah kepada saudara-saudara kita yang sedang kesusahan atau kekurangan, kenapa tidak diberi langsung saja? Tidak perlu ada penyiksaan seperti dalam perlombaan tujuhbelasan!" 

No comments:

Post a Comment