13 Nov 2009. Jumat malam. Kliwon. Hujan lebat, petir bersahut-sahutan. Pukul 9 malam. Saya dan dua teman lainnya ikut mengantre di barisan orang yang rata-rata berbaju hitam. Pintu Auditorium pun dibuka. Berbondong-bondong manusia masuk, wajah mereka mulai berubah pucat. Aliran rasa kecut di dalam hati. "Nekaaad!" lirih teman saya yang sadar dirinya terjebak ikut masuk. Akankah dia sanggup menyaksikan adegan-adegan penyiksaan bersimbah darah selama 95 menit nanti? "Bo, gue duduk di deret pinggir ya biar bisa keluar duluan?" pesan teman saya di penghujung lorong masuk..
Akhirnya, proyek film pendek "Dara" besutan duo sutradara 'Mo Brothers' (Kimo & Timo) jadi juga versi panjangnya. Kalau setahun lalu saya 30 menit terpana dengan suguhan kisah si misterius chef Dara yang ahli membuat steak lezat berbahan daging manusia (mengingatkan pada salah satu kisah rekaannya Alfred Hitchcock, lupa judulnya), Jumat lalu saya dibuat 'menganga' dengan suguhan pembantaian manusia yang tak habis adegan muncrat darahnya.
Secara cerita, versi panjang kali ini sudah jauh berbeda. Versi pendek dulu boleh saya bilang alirannya suspence, nggak gore amat. Ada kisah misteri yang cenderung seksi, dan adegan gorok-gorokannya masih 'cepat & bersih'. Si Dara (Danish Shareefa) juga tampil elegan, nggak banyak bicara (tapi banyak membantai, hahaha), dan gerakannya efisien. Film berdurasi 30 menit itu menjadi paket tontonan yang pas, baik dari segi cerita maupun teknik presentasi visualnya (baca: nggak lebay).
Nah, versi panjangnya memang lebay pol. Selain ceritanya banyak menyimpan PR (terutama karakter keluarga bu Dara & motif-motif pembantaian yang mereka lakukan), leleran darah manusia juga nggak habis-habis mengalir di sepanjang 3/4 film.Totally freaking gruesome! Semua jenis trik kekerasan ada di film ini; kepala copot dipotong gergaji mesin, nadi diiris pisau belati, tombak menghunus perut, tusuk kondek menancap di leher, dll. Banjir darah, deh! Definitely NOT recommended for those who failed medical schools of their phobia of blood..
Tapi ada beberapa hal yang saya apresiasi dr film ini: teknik kekerasannya cakep, seperti nyata. Saya suka dengan akting Arifin Putra yang ekspresif dan seperti sungguh-sungguh 'menghajar' korban-korbannya. Bahkan saat dia mau menghabisi Julie Estelle, nggak ada excuse korbannya itu perempuan. Equal, smuanya harus mati. Kalau aktingnya Danish, menurut saya sih lebih asik di versi pendeknya. Namun bagi yang baru lihat karakter dia di versi panjang, pasti merasa dia cocok memainkan peran itu (secara wajahnya Danish kan unik gitu). Untuk perannya kali ini, Danish diganjar penghargaan best actress di Puchon Fantastic Film Fest. Filmnya sendiri dipuja-puji penggemar genre gore/slasher di seluruh penjuru dunia (Rumah Dara udah keliling di festival-festival film fantasi). Saat ini, dengan judul "Darah", film debutan Mo Brothers ini lagi bikin heboh penggemar film di Singapura. Congrats!
Menurut info dari duo sutradara yang memberi speech di opening INAFFF 2009 lalu, film ini akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai Januari 2010. Saya nggak yakin film ini akan utuh. LSF bakal memotong abis adegan-adegan sadistisnya. Para fans film gore/slasher yang sempat ke INAFFF 2009 sangat beruntung.
Akhirnya, proyek film pendek "Dara" besutan duo sutradara 'Mo Brothers' (Kimo & Timo) jadi juga versi panjangnya. Kalau setahun lalu saya 30 menit terpana dengan suguhan kisah si misterius chef Dara yang ahli membuat steak lezat berbahan daging manusia (mengingatkan pada salah satu kisah rekaannya Alfred Hitchcock, lupa judulnya), Jumat lalu saya dibuat 'menganga' dengan suguhan pembantaian manusia yang tak habis adegan muncrat darahnya.
Secara cerita, versi panjang kali ini sudah jauh berbeda. Versi pendek dulu boleh saya bilang alirannya suspence, nggak gore amat. Ada kisah misteri yang cenderung seksi, dan adegan gorok-gorokannya masih 'cepat & bersih'. Si Dara (Danish Shareefa) juga tampil elegan, nggak banyak bicara (tapi banyak membantai, hahaha), dan gerakannya efisien. Film berdurasi 30 menit itu menjadi paket tontonan yang pas, baik dari segi cerita maupun teknik presentasi visualnya (baca: nggak lebay).
Nah, versi panjangnya memang lebay pol. Selain ceritanya banyak menyimpan PR (terutama karakter keluarga bu Dara & motif-motif pembantaian yang mereka lakukan), leleran darah manusia juga nggak habis-habis mengalir di sepanjang 3/4 film.Totally freaking gruesome! Semua jenis trik kekerasan ada di film ini; kepala copot dipotong gergaji mesin, nadi diiris pisau belati, tombak menghunus perut, tusuk kondek menancap di leher, dll. Banjir darah, deh! Definitely NOT recommended for those who failed medical schools of their phobia of blood..
Tapi ada beberapa hal yang saya apresiasi dr film ini: teknik kekerasannya cakep, seperti nyata. Saya suka dengan akting Arifin Putra yang ekspresif dan seperti sungguh-sungguh 'menghajar' korban-korbannya. Bahkan saat dia mau menghabisi Julie Estelle, nggak ada excuse korbannya itu perempuan. Equal, smuanya harus mati. Kalau aktingnya Danish, menurut saya sih lebih asik di versi pendeknya. Namun bagi yang baru lihat karakter dia di versi panjang, pasti merasa dia cocok memainkan peran itu (secara wajahnya Danish kan unik gitu). Untuk perannya kali ini, Danish diganjar penghargaan best actress di Puchon Fantastic Film Fest. Filmnya sendiri dipuja-puji penggemar genre gore/slasher di seluruh penjuru dunia (Rumah Dara udah keliling di festival-festival film fantasi). Saat ini, dengan judul "Darah", film debutan Mo Brothers ini lagi bikin heboh penggemar film di Singapura. Congrats!
Menurut info dari duo sutradara yang memberi speech di opening INAFFF 2009 lalu, film ini akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai Januari 2010. Saya nggak yakin film ini akan utuh. LSF bakal memotong abis adegan-adegan sadistisnya. Para fans film gore/slasher yang sempat ke INAFFF 2009 sangat beruntung.
My invitation and special edition of a film magazine. |
The movie was screening in a fictions and fantassy films festival in United State. |
No comments:
Post a Comment